ROMA, KOMPAS.com — Pada Selasa (12/3/2013), para 
kardinal dari seluruh dunia akan memulai sidang konklaf di Kapel 
Sistine, Vatikan, untuk mencari paus baru pengganti Benediktus XVI yang 
mengundurkan diri.
Saat 1,2 miliar umat Katolik menunggu pemimpin
 baru mereka, sebuah ramalan kuno menyatakan bahwa paus pengganti 
Benediktus XVI adalah paus terakhir. 
Teori ini bisa dilacak 
kembali ke masa 900 tahun lalu. Saat itu, di abad ke-12, Kardinal 
Irlandia, Malachy O'Morgair, mendapatkan sebuah penglihatan.
Legenda
 mengatakan Santo Malachy, begitu sang kardinal kemudian disebut, 
mendapatkan penglihatan aneh saat dia berkunjung ke Roma.
Di 
Roma, Malachy melihat semua nama paus di masa depan—lengkap dengan ciri 
khas mereka— yang akan memimpin Gereja Katolik hingga akhir zaman.
Ramalan
 Malachy menyebut Paus Benediktus XVI adalah paus ke-111 atau paus 
sebelum yang terakhir. Penglihatan Malachy berakhir di paus ke-112.
Dalam buku 
Life of St Malachy
 karya St Bernard of Claivaux disebutkan bahwa Malachy adalah seorang 
peramal terhormat yang bisa memprediksi dengan tepat hari dan jam 
kematiannya sendiri. 
Setidaknya, salah satu paus abad ke-20, 
Paus Pius X, sangat yakin bahwa ramalan Malachy benar adanya. Setidaknya
 lagi, begitulah menurut biografi Pius X karya Rafael Merry del Val.
Petrus, Paus Terakhir  
Ramalan
 ini memicu perdebatan di antara para ahli teologi dan tokoh agama. 
Mereka menyatakan tidak pernah ada manuskrip otentik terkait ramalan 
Malachy. Catatan Malachy secara tak terduga ditemukan pada 1590 di 
antara arsip Vatikan, ratusan tahun setelah Malachy menyampaikan 
ramalannya.
"Tak ada dasar sejarah apapun terkait daftar ramalan 
Malachy," kata pakar sejarah Kristen dari Universitas Roma, Roberto 
Rusconi.
"Satu-satunya bakat Malachy adalah membuat orang lain memercayai prediksinya," lanjut Roberto.
Namun, para pakar lain mencoba membandingkan daftar penglihatan Malachy dengan sejarah.
Paus
 pertama, menurut daftar itu, berasal dari sebuah instansi di Sungai 
Tiber. Bagi yang memercayai ramalan ini, kalimat itu merujuk pada Paus 
Celestine II yang lahir di tepian Sungai Tiber.
Paus Benediktus, dalam daftar itu, digambarkan sebagai "kejayaan dari zaitun (
olive)",
 dan para penggemar teori hari kiamat merujuk ke gelar Benediktus karena
 pendiri Ordo Benediktine juga dikenal sebagai Olivetan.
Selain 
itu, dalam ramalan Malachy, paus terakhir digambarkan sebagai "dalam 
tekanan yang besar, takhta suci Gereja Katolik Roma akan diduduki Peter 
(Petrus) Si Orang Roma...."
Sementara itu, tak seorang pun 
kardinal dari Italia yang bergelar Petrus atau Peter. Salah satu 
kandidat paus adalah Kardinal Peter Turkson dari Ghana.
Ramalan Nostradamus Jika
 ramalan Malachy belum cukup, ternyata peramal paling terkenal dalam 
sejarah, Nostradamus, pada abad ke-16 juga mengeluarkan prediksi yang 
tak jauh berbeda dengan Malachy.
Nostradamus dalam ramalannya 
mengatakan, paus sebelum yang terakhir akan "meninggalkan Roma pada 
Desember di saat sebuah komet terlihat di siang hari".
Setelah 
beratus tahun berselang, ramalan Nostradamus ternyata tak jauh meleset. 
Komet ISON, dengan ekor sepanjang 40.000 mil, terlihat beberapa bulan 
sebelum Paus Benediktus XVI memutuskan untuk mengundurkan diri.
Ramalan
 itu semakin nyata dengan tanda alam yang sangat jelas. Beberapa jam 
setelah Benediktus XVI mengumumkan pengunduran dirinya, petir menyambar 
kubah Basilila Santo Petrus. Beberapa hari kemudian, meteorit jatuh di 
Rusia.
Namun, di luar tembok Katedral Santo Paulus di Roma, 
terdapat barisan lencana bertuliskan nama semua paus dan masa 
pemerintahannya. Legenda mengatakan, jika semua lencana itu sudah penuh,
 maka dunia akan segera menghadapi kiamat. Nah, dinding Katedral Santo 
Paulus ternyata masih menyisakan banyak lencana kosong.
Dengan demikian, jika Anda percaya legenda ini, maka akhir zaman tampaknya masih cukup jauh.